Peran Engineer Dalam Memajukan Bangsa
Fakultas Teknik gelar seminar “Becoming An Engineer”
di Kemala Ballroom Universitas Esa Unggul, sekaligus penandatangan MOU
antara Kemenakertrans RI dengan universitas Esa Unggul tentang K3i pada
Rabu 14 Desember 2016.
Kegiatan ini mengundang narasumber dari
pemerintah, asosiasi, swasta dengan peserta dari lingkungan akademisi,
peneliti, pemerintah, swasta, Mahasiswa, Kepala Sekolah SMA, dan umum.
“Seminar yang dilakukan adalah untuk peningkatan kompetensi mahasiswa
program studi teknik industri dan perencanaan wilayah kota.
Acara di mulai dengan pidato sambutan dari dekan Fakultas Teknik
Universitas Esa Unggul, Dr. Ir. Novi Erni, MM dan sambutan Rektor
Universitas Esa Unggul, Dr. Ir. Arief Kusuma AP, MBA. Rektor menekankan
tanpa seorang engineer, sebuah negara tidak dapat membangun negaranya secara maksimal. Engineer yang handal, berpengalaman dan dapat menjadi seorang pemimpin, akan dibutuhkan oleh nagara manapun dan dapat dipastikan peran engineer sangatlah penting.
“Untuk dapat bersaing dengan negara lain, Indonesia sangat membutuhkan kontribusi dari engineer, tanpa seorang engineer sebuah negara akan bargantung oleh negara lain yang mempunyai engineer. Terutama dalam menghadapi era MEA dimana para engineer dalam negeri dituntut untuk dapat lebih bersaing dengan para tenaga kerja asing yang akan membanjiri Indonesia”, ungkap Rektor.
1. Pagi Mulai jam 10.00 – 12.15 WIB
Seminar yang diselenggarakan prodi Teknik Industri, dimana Pembicara
pertama : Ir, Dani Adriananta, MBA (Presdir Pelita Air Service), dan
pembicara kedua Ir. Amri AK, MM (Direktur K3i KEMENAKERTRANS RI) itu
mengisi materi tentang :
Peran Teknik Industri dalam business dan Manajemen Korporasi dilanjutkan dengan peran teknik industri diimplementasikan pada keselamatan dan kesehatan kerja Industri.
2. Penandatanganan MOU antara Prodi Teknik Industri dengan
Kemenakertrans tentang Peningkatan Kompetensi Teknik Industri pada
Keselamatan dan kesehatan kerja industri dalam hal ini penandatanganan
dilakukan oleh Rektor Universitas Esa Unggul dengan Direktur Pengawasan
Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dirjen Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kementrian Ketenaga
Kerjaan R.I.Peran Teknik Industri dalam business dan Manajemen Korporasi dilanjutkan dengan peran teknik industri diimplementasikan pada keselamatan dan kesehatan kerja Industri.
dilanjutkan setelah makan siang oleh pembicara ketiga Ir.Suprajaka, MT (Badan Informasi Geospasial), pembicara keempat Ir. Vigo Aresta Jaya, M. Eng (Ketum ISI), pembicara kelima Tubagus Furqon, Ph.D (Ketum ASPI), pembicara keenam Dr. Sumaryono (Badan Informasi Geospasial), pembicara ketujuh Ir. Wisno Broto Sarosa, M.Dev (BPN), dan pembicara kedelapan Gilang Widyawisaksana, ST, MT (ESRI)
Penandatanganan MOU juga dilakukan
dengan Ikatan Suveyor Indonesia, Masyarakat Ahli Penginderaan Jauh
Indonesia, Asosiasi Kartografi Indonesia, Ikatan Geograf Indonesia dan
ESRI terkait Integritas Geospal dalam Bidang PWK, yang diwakili oleh
Dekan Fakultas Teknik Universitas Esa Unggul Dr. Ir. Novi Erni, MM.
Dalam hal ini Kemenakertrans RI berharap
Esa Unggul dapat menjadi mitra kedepannya dalam Kesehatan Keselamatan
Kerja Industri di Indonesia, mengingat angka kematian akibat kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja di Indonesia masih tinggi. “Angkanya
masih sembilan pekerja per hari”, ujar Ir. Amri AK, MM.
ASEAN Economic Community (AEC) atau
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah berjalan sejak akhir 2015, dimana
ini merupakan bentuk integrasi ekonomi yang sangat potensial di kawasan
ASEAN maupun dunia. Barang, jasa, modal dan investasi akan bergerak
bebas di kawasan ini. Integrasi ekonomi regional memang suatu
kecenderungan dan keharusan di era global saat ini. Hal ini menyiratkan
aspek persaingan yang menyodorkan peluang sekaligus tantangan bagi semua
negara. Skema AEC 2015 tentang ketenagakerjaan, misalnya, memberlakukan
liberalisasi tenaga kerja profesional, seperti dokter, insinyur,
akuntan dan sebagainya. Celakanya Human Development Index (HDI)
Indonesia masih tergolong rendah. Di antara 182 negara di dunia,
Indonesia berada di urutan 111. Bahkan di Asia Tenggara, Indonesia masih
berada di urutan keenam dari 10 negara. Kita masih berada di bawah
Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.
Dalam pembangunan infrastruktur,
kebutuhan tenaga kerja insinyur yang merupakan salah satu “kekuatan”
Indonesia masih kalah jauh dari negara tetangga baik dari segi
jumlah/rasio serta sertifikasi keahlian. (RZR)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar